Terobosan Kesehatan Mengubah Paradigma Jakarta, Di tengah-tengah hingar-bingar kota yang sering abai pada yang sunyi, Pemerintahan Propinsi DKI Jakarta mengeluarkan tiga program service kesehatan yang mencapai segi paling ringkih warga: lanjut usia, penyandang disabilitas berat, dan mereka yang bergelut dengan kritis psikis. Program Pasukan Putih, JakCare, dan JakAmbulans menjadi cara riil Pemerintah provinsi kembalikan sentuhan negara pada masyarakatnya yang kerap lepas dari radar pembangunan.
Jaringan Warga Madura Jakarta (JAMMA) menyongsong baik penyeluncuran ke-3 service itu. Ketua Umum JAMMA, Edi Homaidi, menyebutkan ide ini sebagai inovasi yang “sentuh hati sekalian bertumpu pada keperluan riil masyarakat.” JAMMA, yang sejauh ini aktif mengadvokasi hak-hak masyarakat Madura di beberapa daerah padat Jakarta, mengatakan siap menjaga dan mensosialisasikan ke-3 program ini di atas lapangan.
Program Pasukan Putih—yang mengutamakan service kesehatan untuk lanjut usia dan penyintas disabilitas berat—dinilai JAMMA sebagai bentuk keterpihakan pada barisan yang sejauh ini ada di tepi arus servis public. “Di teritori seperti Penjaringan, kami menyaksikan secara langsung bagaimana lanjut usia kesusahan terhubung service dasar. Ini ialah jawaban yang telah lama dinanti,” tutur Edi dalam penjelasannya di Jakarta, Kamis, (15/5).
Dalam pada itu, JakCare, service diskusi kesehatan psikis gratis 24 jam, dikatakan sebagai cara berani hadapi realita kota kekinian yang tidak lagi cuma menyakitkan badan, tetapi juga menganiaya pikiran. JAMMA menulis, dua masyarakat yang sedang pada keadaan kritis psikis sudah terselamatkan lewat service ini. “JakCare tidak cuma selamatkan nyawa, tetapi mengembalikan martabat,” kata Edi.
Program ke-3 , JakAmbulans, menjadi penyempurna mekanisme tanggapan genting Jakarta. Masyarakat sekarang dapat terhubung penyelamatan klinis cepat melalui nomor 112, 119, atau program JAKI. JAMMA memandang service ini benar-benar penting, khususnya di daerah padat pemukiman yang riskan kecelakaan rumah tangga atau peristiwa genting yang lain. “Tanggapan cepat dapat menjadi batasan di antara hidup dan mati,” tutur Edi.
JAMMA menggarisbawahi keutamaan penebaran informasi secara rata. “Banyak masyarakat tidak paham jika semua service ini gratis. Itu penyebabnya, pekerjaan kita bersama tidak cuma menghargai, tetapi pastikan informasi ini sampai ke penjuru gang,” kata Edi. JAMMA memiliki komitmen jadikan jaringan komune Madura sebagai simpul pembelajaran public.
Di lain sisi, pendayagunaan tehnologi dalam ke-3 service ini mendapatkan catatan positif. Program JAKI sebagai penyambung masyarakat dengan service emergency dipandang seperti bentuk birokrasi yang mulai terbuka digital. “Tidak lagi sekedar program, tetapi alat pendayagunaan,” tutur Edi.
Ke-3 program ini dipandang searah dengan misi Jakarta sebagai kota global yang tidak kehilangan nurani. JAMMA menyaksikan Gubernur Pramono Anung berani mengawali set baru pembangunan sosial kota, di tengah-tengah sorotan pada supremasi pembangunan fisik. “Ini bukanlah sekedar program favorit, tetapi cermin jika Jakarta ingin menjadi kota yang peduli,” sebut Edi.
Sebagai partner warga sipil, JAMMA mengatakan siap terus terturut dalam pemantauan dan pengokohan program. Dari advokasi akar rumput sampai literatur digital, JAMMA ingin pastikan jika service ini tidak stop sebagai kampanye, tetapi menjadi rutinitas baru Jakarta lebih sehat—secara fisik atau psikis.